Material Limbah di Proyek Konstruksi

Material-material yang digunakan di sektor konstruksi memiliki klasifikasi yang beragam. Klasifikasi tersebut dapat masuk dalam kategori berbahaya untuk manusia hingga berbahaya untuk lingkungan. Untuk itu, diperlukan cara memitigasi yang tepat, atau men-treatment dampak negative yang mungkin timbul dari material-material yang ada di proyek konstruksi. Berikut adalah beberapa contoh material konstruksi yang relatif sering menjadi limbah disertai dengan cara/metode untuk menanganinya.
Material beton

Material beton adalah material konstruksi utama dalam setiap proyek konstruksi. Beton memiliki kerapatan karbon yang sangat tinggi. Faktanya, karbon yang dihasilkan ini dapat membahayakan lingkungan dan meningkatkan nilai pemanasan global. Jika kita melihat dari aspek kesehatan. Beton juga bisa membawa efek negatif bagi kesehatan manusia. Itu sebabnya, konsep net-zero emisi bangunan menjadi sering digaungkan saat ini dikarenakan fakta masalah lingkungan dan efek negatif dari emisi yang dihasilkan oleh bangunan berbahan dasar utama beton. Penggunaan beton pada proyek konstruksi berdasarkan penelitian sebelumnya hampir 50–70% menggunakan material beton. Dengan persentase ini, tentu diperlukan langkah yang terbukti secara ilmiah untuk dapat mengurangi penggunaan maerial beton dalam proyek-proyek konstruksi. Meskipun, proyek tersebut mungkin membutuhkan proses konstruksi lebih lama dan juga biaya yang relatif lebih mahal dikarenakan penggunaan material inovasi terbarukam.
Bagaimana mengatasinya?
Hasil dari limbah beton dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama dari material fondasi suatu konstruksi yang ingin dibangun. Beton-beton yang sudah kering dan tidak terpakai tersebut, dapat kita anggap sebagai suatu material keras seperti batu atau split. Karena, sejauh ini penggunaan beton memang masih dominan digunakan dalam proyek konstruksi. Oleh karenanya, menghindari penggunaan beton tentu bukan jawaban yang paling tepat. Akan tetapi, langkah yang paling tepat adalah mencoba menyikapinya dengan mengalihkannya menjadi lebih bermanfaat dalam proses pengelolaannya sehingga tidak menjadi limbah (yang tidak terpakai) begitu saja. Salah satunya adalah mengubahnya menjadi material utama pondasi untuk bangunan yang hendak dibangun. Seperti yang kita ketahui, dengan diperkenalkannya penggunaan sistem ready mix dalam proyek konstruksi, jumlah limbah beton menjadi naik. Banyak sekali beton yang sudah kering sebelum digunakan dalam proyek konstruksi, ataupun juga kelebihan kapasitas. Dan konsep pemanfaatan material limbah beton sebagai base material dalam proyek infrastruktur mungkin adalah jawaban yang paling tepat.
Material baja dan besi

Material baja dan besi juga menjadi salah satu material konstruksi utama dalam setiap proyek konstruksi. Bahan baja digunakan sebagai bagian dari elemen struktur, atau hanya sebagai tulangan kolom dan balok, atau konstruksi struktural lainnya. Fungsi material ini adalah untuk memberikan kekuatan atau kestabilan daktilitas (fy) pada struktur bangunan. Bahan baja dan besi memiliki potensi tinggi untuk digunakan secara berlebihan. Banyak sekali alasannya, salah satunya yang lazim diketahui adalah kesalahan kalkulasi material untuk objek bangunan yang akan dibangun. Disinilah sebetulnya peran Quantity Surveyor (QS) atau estimator menjadi sangat vital dengan hasil kalkulasinya pada material-material yang akan digunakan untuk membangun infrastrukturnya.
Bagaimana jika semuanya sudah terlanjur terjadi?
Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi atau setidaknya menggunakan kembali material baja dan besi yang berlebihan tadi untuk di daur ulang. Proses penggandaan material baja dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti menggunakan Mesin Rebars (Scrap) Rebar Straightening Machines. Atau dapat juga mempertimbangkan untuk mengirimkan material ini ke para agen-agen yang menerima baja dan besi bekas. Bisa jadi cuan. :`)
Kemudian, salah satu pilihan lainnya adalah mengurangi penggunaan material baja dalam proyek konstruksi dan memilih material lain sebagai bagian dari beton bertulang. Ada opsi lain yang dapat dipertimbangkan. Mungkin dapat dibahas pada sesi lainnya.
Material kayu

Material kayu merupakan salah satu material konstruksi utama selanjutnya yang sangat erat kaitannya dalam hal penggunaannya yang menjadi limbah. Material kayu, dalam proses pembangunan gedung digunakan sebagai material bekisting, atau sederhananya sebagai bahan wadah untuk beton yang masih cair sebelum menjadi kering dan mengeras. Proses penggunaannya yang menjadi limbah ini biasanya terlihat ketika proyek pembangunan gedung mendekati akhir, atau fisik bangunan sudah terbangun.
Namun lebih jauh, material kayu diharapkan dapat digunakan sebagai bagian dari bahan konstruksi utama di masa depan. Kayu atau bahan kayu hingga saat ini masih dalam penelitian untuk mendapatkan daya lentur dan ketahanan yang dapat difinalisasikan. Kayu sebagai bahan konstruksi memiliki banyak keunggulan, nol emisi, nol karbon, serta fleksibilitas untuk pre-design dan pre-fabrikasi.
Akan tetapi, seperti yang telah dijelaskan diawal. Material kayu saat ini juga dapat menimbulkan limbah material secara massal.
Lantas bagaimana memitigasinya?
Dalam pandangan saya, ada berbagai macam opsi yang dapat dilakukan. Pertama, mengumpulkan kayu bekas tersebut dan mengolahnya menjadi furniture. Kedua, dapat juga mengolahnya menjadi bahan pupuk organik. Aspek kedua ini pernah dibahas dalam jurnal ini, pembaca dapat mengunjunginya melalui link disini (atau dapat juga melihat pada bagian referensi di akhir tulisan jurnal ini).
Terlepas dari kelebihan dan keunggulan maupun dampak negatif dari material yang digunakan dalam proyek konstruksi seperti yang disampaikan diatas. Hal yang paling penting adalah bagaimana kita bertanggungjawab penuh sesuai dengan jobdesk kita masing-masing, baik dari tahap inisiasi hingga tahap finalisasi dari proyek konstruksi yang ditangani. Dan yang terpenting tentu bagaimana para insinyur masa depan dapat melakukan proses inovasi yang berkelanjutan, untuk selanjutnya dapat dirasakan manfaatnya baik oleh para insinyur ataupun masyarakat secara umum.
Referensi lanjutan: