Jembatan Kayu Merah — Hari Jalan Bina Marga, PUPR
Tulisan ini adalah bagian tak terpisahkan dari desain jembatan yang telah penulis buat bersama PT. GPN dan Engineering Space. Diajukan guna memperingati Hari Jalan Nasional Republik Indonesia dibawah Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Latar belakang dan filosofi bentuk jembatan
Jembatan Kayu Merah (Redwoods Bridge), adalah jembatan yang di usulkan dengan membawa gabungan konsep jembatan gantung (suspension bridge) dan juga jembatan yang menggunakan material lokal milik kekayaan Indonesia. Tujuan dari perencanaan desain jembatan ini adalah menguji kearifan budaya lokal dapat menjadi sebuah mahakarya apik yang dapat dibanggakan oleh para pakar insinyur Indonesia secara khusus dan masyarakat Indonesia secara umum di kancah nasional maupun global.
Jembatan gantung (Suspension bridge), sebagaimana kita ketahui bersama adalah jembatan yang sudah dikenal selama berpuluh-puluh, hingga beratus-ratus tahun lamanya. Jembatan tipe ini, disamping memiliki sejarah yang panjang juga memiliki keunggulannya sendiri, yaitu bukti dari pencapaian para insinyur terdahulu. Jembatan gantung, adalah bentuk dari penemuan solusi inovatif berabad-abad yang lalu untuk menghubungkan dua tempat yang terpisah, baik oleh sungai, laut, ataupun sejenisnya.
Kemudian, desain jembatan kayu merah juga didesain dengan menggunakan sustainable material and green materials ketika nanti masuk dalam proses pembangunan jembatannya. Tingginya tingkat pemanasan global dan juga penggunaan material yang tidak berkelanjutan dalam sektor konstruksi sipil, adalah alasan utama desain jembatan ini dihadirkan, sehingga tidak hanya indah dari segi desain, namun juga memberi kebermanfaatan dalam keberadaannya untuk insan-insan di Indonesia, serta memberi warna baru dengan memanfaatkan anugerah alam Indonesia.
Sehingga, jembatan Kayu merah sebetulnya adalah jembatan yang dihadirkan dengan fokus pada penciptaan mahakarya jembatan gantung yang ramah lingkungan dan terjangkau untuk diciptakan.
Penerapan pusaka budaya Indonesia (cultural heritage) dan kearifan lokal
Jembatan Kayu Merah, adalah jembatan yang memiliki tingkat kearifan lokal yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan, jembatan Kayu Merah adalah jembatan yang secara keseluruhan elemen structural maupun arsitektural (hampir 90%) menggunakan material berbasis alam atau ramah lingkungan. Kesemua material ini juga diambil dan dapat dengan mudah di dapatkan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Suatu negeri dengan kekayaan anugerah alam yang melimpah. Beriklim tropis dan memiliki kekayaan ragam hayati dan hewani yang luas. Jembatan Kayu Merah, hampir 100% (serratus persen) kesemua materialnya dapat dimiliki di tingkat desa-desa, sehingga ini dapat memudahkan nantinya dalam proses pembangunannya.
Lokasi
Jembatan Kayu Merah didesain untuk dapat dibangun ulang dibanyak tempat, teruatama di Indonesia. Jembatan ini dapat digunakan untuk melewati sungai, lautan, atau dua tempat yang terpisah dengan bentang 100–150 meter. Desain perencanaan yang diajukan pada proposal kegiatan semarak memperingati hari jalan dan jembatan Bina Marga PUPR ini disertai dengan hasil desain arsitektural dan structural fase awal, guna kebutuhan untuk memenuhi persyaratan pengajuan proposal.
Alasan Dibangun
Dengan tingginya angka pemanasan global, menjadi alasan kuat perencanaan dari jembatan kayu merah ini dihadirkan. Desain jembatan yang berusaha proaktif menggunakan kekayaan dan kearifan lokal milik Indonesia.
Beriringan dengan hal tersebut, desain jembatan kayu merah juga disesuaikan dengan kondisi alam Indonesia (yang mana nantinya jembatan ini akan dibangun). Penggunaan material alam telah menjadi semacam prioritas utama yang ditetapakan semenjak tahap awal perencanaan jembatan ini dilakukan.
Penjelasan gambar Teknik (warna, dimensi, material jembatan dan lain-lain).
Pemilihan Desain
Jembatan Kayu merah menggunakan jembatan bertipe jembatan suspensi/gantung. Dimana jembatan ini dihadirkan karena sesuai dengan kondisi alam Indonesia yang beriklim tropis dan juga relatif murah dibandingkan pembangunan jembatan tipe lainnya. Jembatan Kayu Merah yang mengusung konsep jembatan gantung, menyebabkan jembatan ini memiliki dua tower utama yang dapat dibangun di kedua sisi tempat yang berbeda untuk disambung. Jembatan Kayu Merah juga jembatan yang direncanakan memiliki tingkat ketahanan tinggi terhadap berbagai macam beban, terutama beban gempa, udara, hujan, dan cuaca ekstrem lainnya yang relatif sering terjadi di Indonesia.
Referensi lanjutan